Ini adalah artikel yang ditulis oleh Ansara yang dimuat di rubrik
Kompasiana.com pada
22 April 2013 dimana secara obyektif beliau memandang konflik yang terjadi antara Israel dan Palestina sangat kental dengan muatan politik dan bukan karena faktor agama.
Demikian Cuplikannya:
Benarkah Israel Mencaplok Palestina?
Membahas soal Palestina bisa menjadi hal yang sensitif mengingat banyak orang Indonesia pro Palestina. Ada yang bertanya referensinya mana menulis hal itu? Jawabannya saya tulis lewat artikel ini biar jelas.
Saya dapat referensi dari buku yang berjudul:
The Arab Israeli Dilemma, selain membaca buku itu, saya membaca banyak artikel di beberapa website yang berkaitan dengan Palestina, Israel dan zionis baik yang pro maupun kontra Israel untuk menambah referensi.
Penulis buku itu (diterbitkan 1968)
Fred J. Khouri, dia mendapat gelar BA, MBA dan PHD dari Universitas Columbia dan dia adalah
Professor Universitas Villanova, Pennsylvania.
Selama bertahun-tahun dia mempelajari masalah Timur Tengah. Dia juga sering melakukan perjalanan ke Timur tengah dari tahun 1958 - 1975 mengunjungi para pengungsi diskusi dengan para diplomat Arab, Israel, Amerika, Inggris dll.
Dia juga pernah menjadi professor tamu di Universitas Beirut dari tahun 1961-1964. Buku itu menyajikan sejarah tentang konflik Arab dan Israel secara objektif, mendetail sesuai fakta dan bukti-bukti yang dia dapat selama bertahun-tahun mempelajari Timur Tengah.
Buku itu juga sudah merubah pandangan saya terhadap Palestina yang tadinya
radikal 100% pro Palestina jadi tidak terlalu radikal karena saya sadar apa yang saya yakini selama ini belum tentu sesuai dengan dengan sejarah dan fakta yang terjadi di Palestina. Misalnya Selama ini saya mengira Israel mencaplok Palestina, tapi dibuku ini tidak disebutkan demikian. Fred J Khouri cenderung menyalahkan Inggris atas konflik yang terjadi di Palestina karena 3 alasan yaitu:
- Sejak tahun 1915 terjadi korespondensi antara Sir Henry MacMahon (diplomat Inggris yang ditempatkan di Mesir) dan Hussain bin Ali (Pemuka Hejaz/Mekah). Saat itu Hussain Bin Ali berjanji membantu Inggris mengusir kekuasaan Ottoman Turki dengan mengadakan revolusi di Arab dan sebagai imbalan Hussain bin Ali minta wilyah Arab termasuk Palestina untuk berada dibawah kekuasaannya. Terjadi kesalah pahaman dalam surat terakhir Henry mac Mahon tgl 13 Desember 1915 disebutkan wilayah mana saja yang bakal diberikan pada Hussain Bin Ali. Menurut Inggris mereka tidak menjanjikan Palestina pada Hussain bin Ali tapi sebaliknya Hussain bin Ali yakin Palestina ada dalam perjanjian tersebut.
- Sudah berkorespondensi dengan pemuka Arab tentang pembagian wilayah Arab, diam-diam Inggris mengadakan perjanjian dengan Perancis pada 16 Mei 1916 untuk membagi-bagi wilayah Arab mana saja yang bakal berada dibawah mandat Inggris dan Perancis. Perjanjian itu disebut Sikes - Pycott agreement. Isi perjanjian itu bertentangan dengan korespondensi yang terjadi antara Mc Mahon dan Hussain bin Ali. Semula pihak Arab tidak tahu masalah ini. Baru pada Desember 1917 perjanjian itu bocor karena pihak Rusia mempublikasikannya.
- Ironisnya disisi lain Inggris juga menjanjikan wilayah Palestina pada Israel karena bangsa Yahudi berjasa pada Inggris. Akhirnya pada 2 november 1917 Arthur James Balfour yang saat itu menjabat sebagai sekretaris luar negeri Inggris mendukung pemberian wilayah Palestina pada bangsa Yahudi dan terjadilah kesepakatan yang disebut deklarasi Balfour. Pada saat itu Chaim Weizman dijanjikan seluruh wilayah Palestina termasuk yang saat ini jadi Negara Jordan. Inilah yang dijanjikan Inggris pada bangsa Yahudi dalam deklarasi Balfour, lihat gambar dibawah.
|
Gambar: Wilayah palestina yang dijanjikan Inggris pada Yahudi foto mythandfact.org |
Berpegang pada deklarasi
Balfour itulah bangsa Yahudi berusaha mewujudkan impian mereka sejak ribuan tahun lalu untuk punya negara sendiri. Tentu saja bangsa Arab tidak setuju dengan deklarasi Balfour itu mereka berkeras bangsa Yahudi dilarang mendirikan negara sendiri.
Belum beres masalah antara Inggris, Arab dan Yahudi, terjadi perebutan kekuasaan terhadap
Hussain bin Ali oleh
Ibnu Saud (yang menjadi penguasa Arab Saudi) akibatnya Hussain bin Ali terusir ke
Trans Jordan dan wilayah trans Jordan yang tadinya diberikan Inggris pada Yahudi (lihat gambar deklarasi Balfour) malah diberikan pada Hussain bin Ali yang membangun negara Jordan disana, sebagai gantinya Yahudi mendapat wilayah yang jauh lebih kecil. Itupun masih tidak disetujui bangsa Arab (terutama raja Jordan) yang menginginkan seluruh wilayah palestina berada dibawah kekuasaannya. Lihat gambar Palestina yg diberikan pada Israel setelah Trans Jordan diberikan pada Hussain bin Ali
Untuk mengatasi konflik yang terjadi di Palestina, akhirnya Inggris menyerahkan masalah Palestina ini pada PBB lalu tahun 1947 PBB membagi 2 wilayah Palestina untuk Yahudi dan Arab. Akhirnya setelah diputuskan oleh pemunggutan suara di PBB, pada 14 Mei 1948 Israel mendirikan negara di wilayah Palestina itu.
Tidak hanya menyoroti kesalahan Inggris, buku ini juga mengupas kesalahan bangsa Yahudi, Arab, berbagai perang yang terjadi di Palestina dan konflik lainnya sehingga pembaca bisa menilai apa yang sesungguhnya terjadi disana.
Dalam buku ini juga digambarkan sepak terjang Yahudi dalam mewujudkan impiannya itu sangat rapi, gesit dan terorganisir sehingga Arab selalu kalah beberapa langkah dalam urusan diplomasi. Selain kepiawaian diplomasi kekuatan Ekonomi sebagian warga Yahudi mendukung terwujudnya impian mereka punya tanah air, misalnya pada tahun 1919 -1936 Yahudi sudah menginvestasikan uang sebesar USD 400 juta terutama untuk membeli tanah-tanah di Palestina dari orang Arab. Tahun 1922, warga Yahudi menguasai 594,000 dunnums (1 Dunum = ¼ Acre) tahun 1939 mekar jadi 1,533,000 Dunums.
Ketika bangsa Yahudi diberbagai negara bersatu padu membangun impiannya mewujudkan 1 negara disisi lain bangsa Arab sibuk berebut wilayah dan kekuasaan, Arab sudah terpecah-pecah akibatnya ketika negara-negara Arab menyerang Israel yang baru berdiri 1 hari (israel diserang 15 Mei 1948), Israel mampu mengalahkan mereka dalam perang yang berlangsung sekitar 9 bulan. Kekalahan koalisi negara Arab itu memicu terjadi pengungsi Palestina yang jumlahnya sekitar 500 - 750ribu tapi masalah itu tidak beres hingga saat ini malah pengungsi itu jadi berkembang biak dan saat ini diperkirakan ada 5 juta orang pengungsi.
Disisi lain akibat perang itu, sekitar 600-850 ribu warga Yahudi dari berbagai wilayah Arab diusir sehingga tercipta gelombang pengungsi Yahudi ke wilayah Palestina. Kenapa masalah pengungsi Yahudi ini bisa terselesaikan dengan cepat sementara para pengungsi Palestina terkatung-katung? Karena Israel menerima para pengungsi itu dan menyediakan berbagai fasilitas di Israel. Sementara ratusan ribu pengungsi Palestina ditolak oleh negara-negara Arab disekitarnya hanya sedikit sekali yang diterima padahal wilayah negara-negara Arab itu sangat luas, akibatnya mereka beranak pinak di kamp-kamp pengungsian dan memicu konflik lain yang semakin memanas antara Israel dan Arab.
Dampak dari perang itu juga wilayah Israel jadi membesar 60% dari yang diberikan oleh PBB pada tahun 1947. Sebagian besar karena ditinggalkan para pengungsi Arab. Ketika perang usai Israel didesak PBB untuk menerima kembali para pengungsi itu tapi Israel menolak alasannya karena mereka juga menghadapi masalah para pengungsi Yahudi yang diusir oleh bangsa Arab.
Banyak yang dibahas dibuku itu tidak mungkin dibahas satu persatu ditulisan ini, karena terlalu panjang. Menurut saya buku ini bagus dan bermutu untuk bahan referensi. Tidak ada salahnya kita membaca dari berbagai sumber untuk menambah wawasan.
|
Penulis Benarkah Israel Mencaplok Palestina? |
Jadi:
- Jangan Bela Palestina karena AGAMA
- Jangan Bela Palestina karena KELOMPOK - GOLONGAN
- Belalah karena Sisi Kemanusiaan, maka mungkin palestina akan Bangkit.
Caranya:
- Berikan bantuan untuk meringankan penderitaan rakyat yang jadi korban
- Berikan bantuan untuk turut aktif mendesak dan mendorong PALESTINA - ISRAEL untuk duduk di meja perundingan.